Ketika Tuhan menganugrahkan
hidayahNya aku seperti belati karat yang mencoba kembali mengasah ketajamannya.
Terlalu lama belati ini tertanam didalam jatung para malaikat.
Seketika istana
bergetar, para ksatria berlarian mencari pedangnya. Putra iblis bangkit, demi
tanduk yang dipatahkan oleh kenyataan yang pahit dan kata-kata pujangga yang
menikam hati. Belati karat menguak segala penyesalan. Perih, sakit, dendam,
amarah, dosa, hina, benci, semua menyatu dalam satu sayatan. Bergemalah semesta
ketika langit dan bumi bertarung memperebutkan jiwa-jiwa sungsang di tepi
durjana senja.
Bayang-bayang kelam menghantui
pangerang iblis, tetap setia dengan kerajaan yang telah dibangun dan asasnya.
Lagi, lagi dan lagi Tuhan meluluh-lantakan seisi neraka, berhamburanlah para
iblis surga dari neraka. Dunia menjadi hitam, dosa berpeluh dengan kebaikan
hingga mentari pun enggan menyapa para sastrawan di pagi hari. Apa lagi yang
bisa dilakukan, keadaan ini memaksa pangeran menyuarakan kebenaranya dan
bersujud kepada Sang Adam. Sejuta dilema mengancam peradaban dunia, belati itu
telah kembali di tangan Putra Iblis. Entah akan menjadi kutukan atau justru
bencana untuk dirinya. Dimana akan dicari malaikat yang berdosa?
Jam pasir terus bergulir, pantai
putih tidak menjawabnya. Alam semesta tidak lagi berkawan. Belati itu akhirnya
berontak menghujam dosa-dosa yang berlalu dan doa-doa yang tertutup karat.
Pangerang di ujung tebing, tetap dengan tahta atau turun ke bumi. “mengapa
hanya malaikat yang Kau beri sayap, andai aku bersayap pasti aku akan selalu
mensucikanMu dengan mudah tanpa memanjat tebing-tebing doa…”
Mengepul lepas tambunan asap
cerutu kuba di bibir mafia surga. Bergerilyalah sabda-sabda Tuhan sebagai
petunjuk kemunafikan dunia. Perang dingin antara pangeran iblis dan intel Tuhan
siap dikumandangkan. Cinta bukan lagi sebuah pembenaran yang akan membawa
kedamaian. Kasih sayang Tuhan yang akan menutup senja diakhir perjuangan
peradaban, wahyu hanya wujud dari akal dan nafsu manusia. Mengeranglah
malam-malam dengan air mata pasang dari sang rembulan, asin dan akan
meluluhlantakan pesisir. Perang siap dikumandangkan, ksatria siap dengan kuda
berderap, mafia siap dengan kaca mata hitam dan senapan angin, malaikat siap
dengan sayap-sayapnya, iblis surga siap dengan pelacutnya, putra iblis siap
dengan sepucuk belati dan dunia bersiaplah dengan masa depan tulisan-tulisan
sastrawan tanpa mentari di pagi hari.
“may day, may day, may day in Mei”
Letupan dosa berhamburan,
peringai manusia menjadi kawanan cinta yang terpatahkan. Sejuta harapan tenggelam,
belati iblis ditegakan. Mentari pun enggan menyapa wajah sastrawan di pagi
hari. Kegelisahan mewarnai seisi hati putra iblis, kini bayang hitam seakan
telah menjadi kutukan peradaban. Balada pujangga melarikan diri ke tepi pantai
dengan membawa doa-doa yang terlacurkan waktu. Pantai anarki, melepas semua
perbatasan sang nakhoda dari dunianya. Bernyanyilah mawar diatas karang "Andai
putra iblis dan malaikat bisa menghabiskan senja dan menyambut malam secara
bergandengan serta melepaskan belati dan sayap-sayapnya, maka tidak akan ada
lagi keraguan mentari menyambut wajah sastrawan sambil memeluk wine di pagi hari"
Candrasengkala menjadi ramalan
tua untuk sebuah petaka. Prasasti-prasasti yang siap merubah peradaban putra
iblis dan menebas pakaian kasta diatas bumi. Kebenaran menjadi harga mati bagi
para ksatria dan bendera yang akan dibentangkanya. Protol pemotongan
tanduk-tanduk iblis dikumandangkan, tidak ada pilihan atas cinta dan perang di
muka bumi serta di neraka. Iblis-iblis surga ditebarkan untuk kembali
menggoyahkan sang pangeran agar melakukan penyerahan tahta dan sumpah akan
berdamai dengan malaikat. Satu sayatan belati karat mencabik isi deklarasi
Tuhan akan sebuah genjatan, putra iblis tetap setia akan perjuanganya.
Kini bulan menantikan gemilang,
pertarungan abadi setan malaikat meluluhkan seisi bumi. Jiwa-jiwa sungsang
termakan oleh iblis surga. Perkumulan ksatria dengan iblis surga merajai
puncak, berhamburan benih-benih cinta tidak berdosa ke langit surga. Deklarasi pangeran
memerdekakan kebenaran, demi sumpah yang sudah ditangguhkan kini neraka menanti
waktu menghancurkan dunia ketika semua mafia surga tenggelam dalam dinginya
dosa.
Tawa seorang bayi dan tangisan
sebuah pedang, meradang dalam balutan luka ksatria senja. Malaikat berdosa
telah lahir ditengah badai yang melanda rahim iblis surga. Tanpa cahaya, hanya
rembulan yang setia mejingga menerangi jeritan-jeritan iblis surga untuk
malaikat berdosanya, yaa dosa cinta yang terbunuh asmara mawar memerah dari
darah pedang kestaria. Demi tangis bulan yang mengering, diletakanya harapan
pada malaikat berdosa dan kekuatan cinta untuk meluluhkan ambisi putra iblis.
Senja bergulir malam, kekuatan
cinta malaikat berdosa seakan kutukan baginya. Menaklukan hati putra iblis seperti
melacurkan diri ke dalam surga. Inilah sebuah takdir yang harus diembannya,
atau dunia akan semakin tersesat dengan kebenaran yang masih disimpan sang
iblis. “dimana pula akan aku temukan dia, jika putra iblis telah bersujud
kepada Adam. Pun neraka tidak memberi tahu, ribuan adam tercipta di bumi” Tanya
malaikat berdosa kepada bulan. Bulan menjawab, “tidak perlu kau cari, putra
iblis senang berkelana untuk menyelesaikan ambisinya. Nantikanlah waktu, kelak
kalian akan bertemu di ruang patah hati, ketika cinta dan kesetian adalah
kutukan tapi itulah yang sebenarnya kalian cari.” Membalun kening malaikat
berdosa, “ribuan jiwa sungsang juga mencari, apa yang akan membedakan putra
iblis dengan sang pencari?”. Dengan tersenyum manis, malaikat menjawab “sebelum
menghadapinya, kamu akan menemukan dirinya yang lain. Dia tidak akan asing lagi
dihadapanmu, tapi kamu akan asing dimatanya. Ingatkan dengan jawaban-jawaban
misteri milikmu, dan dikeningnya membekas sayatan dari belati tuhan”
Menantilah senja terbenam, di
tepi pantai anarki malaikat berdosa mengumandangkan asa akan sebuah cinta dan harapan. Dengung
menggema membaluti malam tanpa rembulan, iblis surga melepaskan pelacutnya,
sang ksatria melepaskan pedangnya, dan mafia-mafia surga mulai gelisah. Dunia
semakin porak-poranda, kebenaran putra iblis masih menjadi batu prasasti.
Neraka bergairah, surga dilucuti pangeran iblis, dunia memerah, bulan mejingga,
matahari menghitam tertutup gerhana, manusia tenggelam di dalam dinginnya dosa.
Tuhan mulai mengumpulkan para sastrawan, mengumpulkan sajak-sajak untuk kembali
mewarnai dunia, memperindah harapan-harapan yang terbunuh belati putra iblis.
Sang pangeran kembali berdendang, melagukan kepunahan peradaban dan merayakan
kematian jiwa-jiwa pencari.
Kekuasaan semesta mematahkan
belati pangeran. Cinta membunuh kebiadaban pangeran, membawa diri tersesat akan
cinta yang besar hilang dalam genggaman rembulan. Keterpurukan menyudutkan kekuasaan
nan gemilang, melemahkan segala ambisi, dan meruntuhkan kepercayaan yang
ditanamkan semua leluhurnya. aku ini siapa? Waktu semakin melaju menikam ruang,
sebaiknya aku segera bergegas menyelesaikan semuanya. Pangeran kembali mencari
ruang kosong, tempat yang dianggap menyenangkan. Pengalaman mengatakan ini
adalah ruang patah hati, bangunan antik dengan sejuta kisah klasik. Jauh dari
pasang pantai, jauh dari keramaian, jauh dari peradaban manusia pelacur istana.
Tanah bisu yang pernah menjadi saksi reformasi, pergelutan antar darah. Yaa ini
adalah ruang patah hati, tempat manusia menjual asa dan menyerahkan harapan
kepada ketidak pastian. Selamat datang.
Bulan merajam hatinya, harapan
malaikat berdosa mengalahkan surutnya cinta rembulan yang sintal. Tapi kutukan
malaikat berdosa bukanlah sebuah kutukan, meski dunia menciptakannya untuk
menjadi kutukan untuk semua peradaban. Takdirpun berkumandang, di ruang patah
hati malaikat akan kembali bertemu dengan sang pangeran yang pupus dengan
perjuanganya. Kisah klasik terjadi, prasasti unik terukir, akan bergemalah
seisi semesta dan memaksa dewa lotus untuk bernyanyi untuk membangkitkan gairah
cinta dan harapan malaikat berdosa. Dewa elpis pun membesarkan harapan kepada
malaikat berdosa, merubah kutukanya menjadi anugrah sangsekerta. Ruang patah
hati menjadi pencarian dari malaikat berdosa, meski berlainan jalan.
Cinta membenturkan dengan belati
yang dipatahkan semesta. Ruang patah hati menjadi pertarungan abadi setan dan
malaikat, sejuta harapan jiwa sungsang berterbangan ke langit. Langit menghitam,
angkasa menjadi sosok mencekam ketika pangeran memandangnya. Tidak ada satu pun
yang bisa membuat kembali tersenyum. Harapan memudar, cinta telah berkhianat. Tiba
waktu yang fajar memulai gemilang, menyempitkan pandangan pangeran tertuju
kepada sosok malaikat berdosa. Detik ini jejak perih pangeran akan mulai
terhapus dengan pelajaran yang namanya ikhlas. Kebenaran putra iblis akan
terkuak dihadapan jutaan manusia dan akankah menjadi pengkhianatan terbesar
dalam peradaban kerajaan neraka.
-bersambung-
3 komentar:
bagus-bagus-bagus
kayak novelnya sitta karina yg judulnya "aerial"
yaa walopun bahasanya lebih rumit pake banget cerpen bersambungmu ini
aku tahu lo maksutnya, tapi keren kok, sumpah
suka-suka-suka :)
belum baca dan baru tahu juga itu novel,,.
emang apaan maksudnya? ini semua cuma imajinasi belaka. bosen liat cerpen yang mengangkat kisah-kisah manusia yang nyata. hahaha
aku ada novelnya, tp bukan punyaku cuma nyangkut d aku, kalo berkenan membaca yaa kapan2 tak pinjemin..
yaa ceritanya fantasi modern lah, lebih ke cerita cinta tp ujung2nya, keren pastinya..
Posting Komentar