Kamis, 19 Desember 2013

Hey Rabu...



Hey Rabu...

Sepertinya aku mulai menyukaimu.

Karena Rabu tidak ada hati yang dinanti

Karena Rabu tidak ada mata yang dicari.

Karena Rabu tidak ada bayang yang diikuti.

Karena Rabu aku kembali merasa sendiri.



Hey Rabu...

Sepertinya aku mulai menyukaimu.

Bukan tentang harinya yang terlelap.

Bukan tentang waktunya yang kosong.

Bukan tentang jamnya yang padat.

Semua tentang senja yang menutup lelah tanpa hadirnya yang tergantikan oleh pelangi.



Hey Rabu...

Sepertinya aku mulai terbiasa.

Hujan yang membasahi kerinduan yang kian mengering.

Mentari pagi yang menghangatkan doa-doa yang membeku.

Daun-daun taman yang menggugurkan diri untuk menguburkan harapan.

Menanti senja di gedung peradilan.

Antara sunset di temaram barat, dan pelangi di tepi timur.



Terimakasih Rabu...

Meski hati rindu kau buat ini kelabu.

Satu hari pasti tanpa 'Aku' itu lebih bebas.

Siapa lagi yang akan aku nanti di Taman?

Tak ada kuda merah yang harus aku perhatikan di tepi jalan.

Tak ada mata yang bergelut mencari Pencari dengan menyandang lembayung.

Terimakasih Rabu untuk pelangi di senja yang lelah tanpa peluh.

Itu lebih dari pada obat atau melihat 'Aku' yang tetap saja abu-abu.


Bassement, 2013 Desember 18.

Tidak ada komentar: