Seharusnya kita bisa buat ini
lebih indah lagi, cerita ketegangan ditengah-tengah yang lainya bergelut dengan
mengulas materi-materi yang sudah berlalu. Kita balut semua itu dengan
perhatian, mengingatkan, berbagi kisah usang, dan segala kesenangan yang benar-benar
membuat aku semakin mendekati-Nya dan melupakan jika ini sedang ujian. Melalui
pesan-pesan singkat, kita menjadi saling mengenal, masih terlalu dini untuk
kita bisa bertemu dan berdialog banyak hal.
Malam diantara bintang timbangan
dengan kalajengking, benar-benar melambangkan keadilan. Keadilan bagi mereka yang
baru saja hijrah dari kejadian yang menimpa memori masa lalunya. Tidak jauh
memang, masih dekat, bahkan cukup dekat untuk dikatakan sebuah masa lalu.
Kesempatan untuk memulai diri yang baru serta kehidupan yang baru, kita
berjalan dengan bersama di dunia yang sudah terlalu lama tenggelam dalam sebuah
kekeliriuan. Kita berwacana, mengeluarkan segala apa yang ada di kepala dan
hati, apa yang terlihat dan terdengar. Yaa… kita alami itu.
Berawal kisah dari sebuah keputus
asaan sebuah harapan untuk hidup, aku menelusuri lorong-lorong sunyi. Tidak
terdengar suara angin malam, sapaan hangat mentari pagi, tatapan sintal
rembulan dan kelap-kelip bintang. Semua memudar di pinggir pantai harapan. Aku
benar-benar merasa sendiri saat itu meski berdiri di tengah keramaian. Aku
benar-benar terbebani dengan semua tarian jemari yang mengutuk hidupku sendiri.
Tidak banyak alasan, yang terpikirkan bagaimana mengakhiri semua beban ini. Yaa…
kematian pilihan yang benar-benar paling mutakhir untuk segala masalah di dunia
ini. Meski tidak pandai beriman, tapi aku selalu yakin kehidupan setelah
kematian adalah sebuah kepastian, adanya tentang surga dan neraka.
Pikiran gila mencari cara untuk
mengakhiri penderitaan ini tanpa menderita. Ditemani kawan sepergilaan, akal
sehat benar-benar tidak lagi bekerja. Kami berdialog seakan-akan aku akan mati
esok, membicarakan bagaimana caranya mati tanpa meciptakan rasa sakit dan
beberapa wasiat untuk semua barang-barang pribadi yang akan aku tinggalkan,
bahkan aku berpesan dimana aku akan dikuburkan. Keadaan saat itu benar-benar kacau, seakan-akan Tuhan tidak lagi akan memberikan aku kesempatan. Kekuatan sugesti yang sering
mereka bilang tidak lagi berlaku saat kesehatan mengvonisku dengan vonisan yang membunuh
kehidupan.
Senjapun bergulir menjadi malam,
tapi aku juga belum berani mengakhiri hidupku. Padahal tidur tidak pernah
lelap, mimpi selalu saja gelap dan pagi bersambut selalu buta. Hpku berdering,
tanda ada pesan singkat masuk. Tidak banyak berharap karena aku tidak lagi
memiliki harapan. Tapi siapa yang menyangka, kali ini bukan pesan dari penagih
perhatian. Ya dia yang sempat lama menghilang dari kehidupanku, mungkin lebih
tepatnya aku yang tidak pernah menganggapnya ada lagi. Dari sini mulailah sebuah dialog-dialog
singkat, yaa namanya juga dari pesan singkat pasti isinya singkat-singkat.
Dalam dialog tersebut membuka sebuah pintu harapan yang aku pikir aku tidak
lagi memiliki harapan atas segalanya. dengan pesan singkat itu dia memercikan
beberapa semangatnya dan pengajaran tentang harapan. Akan sulit dipercaya,
ketika pesan-pesan singkat itu benar-benar membuka pintu-pintu mimpi yang selama ini selalu
gelap. “sekalipun kamu bersembunyi dan hanya berdiam diri di dalam kamar, kematian akan tetap
datang. Jadi gunakanlah waktu yang ada untuk hal yang lebih bermanfaat dari
pada hanya merenungi penyakitmu itu.” Itu adalah pesan singkat menutup dari
kebuntuan hidup.
Keesokannya aku bangun, lihat
mentari pagi kembali menyapa ku meski aku terlambat membalasnya. Pagi ini
menjadi pagi yang sepertinya siap dibakar. Aku coba kembali menengok cerita
kehidupan yang beberapa pekan ini aku tinggalkan. Kata pertama yang terujar
“What the hell it!?” semua berantakan.
Sial!, semua benar-benar berantakan.
Bahkan aku sampai bingung mau memulai dari mana aku merapikannya, padahalnya
hanya sekitar dua pekan aku meninggalkan, tapi seperti menciptakan kekacauan
dalam setahun. berniat hanya menengok saja tapi tanpa sadar aku justru kembali
terlibat, seakan-akan aku lupa sedang dalam penyakit yang belum jelas akankah
memberikan aku kesempatan kesekian untuk hidup lagi menjadi sosok pria yang
macho dan kharismatik.
Ku pacu tembakau dengan irama
yang mengalahkan kereta-kereta eksekutif, semua hal di kepalaku yang tertulis
besar “ini harus kejar tayang.” Ku susun lagi kehidupan yang sempat hampir
dikuburkan, melupakan dengan sengaja penyakitku, persetan dengan obat-obatan
yang membuat kinerja jadi berkurang. Berangkat dengan cinta dan harapan, event
yang hampir membuat aku kembali jatuh akhirnya sukses dengan bangga aku bisa
membesarkan kepalaku. Hey, aku baru tersadar ternyata aku sudah bangkit. Aku
sudah kembali hidup. Aku sudah kembali memiliki gairah dan harapan. Aku sudah
memiliki kembali hidupku, aku bisa kembali membuka mataku. Sekitar yang
beranggapan aku adalah penting, membuat aku benar-benar berpikir, jika aku masih
hidup sepertinya akan bermanfaat buat mereka meski kontrak ini hanya akan
berjalan satu atau dua tahun lagi. Tapi setidaknya aku berarti disini, dari pada
hanya mengurung diri di dalam kamar untuk menghindari kematian.
Semua akhirnya berlalu untuk
sementara waktu, dan aku bersyukur semuanya diakhiri dengan harapan dan doa
yang menjadi nyata. Aku memang tidak berjalan sendiri selama ini, semua
langkah, peluh, kesal, lelah ditemani oleh pesan-pesan singkatnya, pesan
singkat yang memberikan aku penghidupan, memercikan kembali api semangat dalam
jiwa yang sungsang, dan menuangkan kembali harapan hidup yang kosong. Hingga
akhirnya aku berani memanjat tebing-tebing doa kembali pada-Nya setelah sekian
lama aku menjauh, dan terujarlah doa...
“Yaa Allah, Paduka tahu aku dulu pernah
menyukainya, bukan karena paras, harta dan penampilanya yang kata mereka mirip
malaikat. Tapi aku menyukainya karena hal yang aku sendiri tidak tahu mengapa
aku menyukainya padahal dia jauh dari tipeku selama ini untuk dijadikan
pendamping hidup dan aku telah memupuskan asa juga padanya ketika kita menjauh dan sadar kalau kita tidak akan cocok. Kini dia telah menunjukan aku jalan kesempatan-Mu yang mungkin akalku
pun tidak mampu menjangkaunya. Atas segalanya yang telah Paduka berikan aku
bersyukur termaksud pertemuan denganya. Jika dia baik untuk dunia dan akhirat
ku kelak, izinkan dia menjadi jodohku, jika tidak jadikan lah kami saudara
muslim yang baik, agar kebersamaan ini tidak hanya di dunia ini tapi juga di
surga-Mu kelak. Amin.”
Begitulah doa pertama yang aku
ujarkan tentangnya, dan pertama kalinya aku menyelipkan nama orang lain dalam
doaku di sepertiga malam. Siapa yang bisa menyangka setelah itu aku akan
bertemu lagi dengannya di dalam mimpi. Mimpi yang kedua setelah terakahir dia
menjelaskan tentang kematian. Tidak ada kata aneh buatku dengan apa yang
terjadi dalam mimpi, hanya saja akan terasa aneh jika itu dipadukan dengan
kenyataan. Karena disini, di dalam mimpi satu-satunya semua hal menjadi halal
dan kebebasan sejati ada, yaa itulah mimpi.
Mimpi pertama, mimpi kedua hingga
mimpi keempat yang hadir secara beruntun justru membuat aku tersesat, haruskah aku bahagia atau
mengumpat doaku sendiri. Aku memang berdoa itu tidak berharap untuk diberikan
jawaban secepat itu, dan aku juga tidak menyelipkanya dalam sholat istikhoroh. Bukankah aku sudah memutuskan tidak akan bermain hati lagi setelah semuanya
yang pernah terjadi. Dan aku pun belum memiliki kesiapan jika mimpi itu adalah
nyata dari jawaban doaku sendiri, meski akhir-akhir itu aku sering mengalami mimpi
yang menjadi nyata. Pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi kepuncak untuk
mengujarkan terakhir kalinya doaku itu, karena di dalam batin aku takut doa itu
yang akan menguliti nadzarku sendiri.
Mentari kembali menggugah sisa
mimpi semalam, para pejuang perubahan hari akan dihadapkan dalam peperangan
yang menguras tenaga dan pikiran. Sebagian sibuk menyiapkan amunisi, sebagian
lagi sibuk menyusun rencana dan lainya tetap dengan hari-hari biasanya, dan aku?
Yaa… aku sibuk dengan beberpa pesan-pesan singkat dengannya, bukan materi ujian
yang kita bahas tapi lebih kepada ujian hidup. Hingga mengantarkan sebuah
pertemuan yang menguak semua tentangnya yang sebenarnya. Lagi, disini awal
sebuah masa lalu yang bangkit dari kuburnya. Akan sulit dipercaya, kami
memiliki batu nisan masa lalu yang sama.
Awal bintang sang kalajengking,
membuat aku merasa dunia menjengking. Sejauh ini aku melangkah ternyata hanya
berada di satu sisi dunia saja, seluas ini kawasan yang pernah aku kuasai tak
aku sangka semuanya hanya sejengkal saja dari pandangan, pendengaran dan
sentuhan. Apa yang dia ceritakan hanya berupa copyan dari apa yang aku
ceritakan. Tidak semuanya memang, tapi sebagian yang bisa dikatakan berasal
dari akar yang sama. Awalnya aku sulit percaya, setelah mimpi, kini mengapa
masa lalu yang sama juga, dan kesama-samaan lainya. Inikah bagian skenario-Mu
Tuhan? “Eh ternyata, kita baru sadar jika dunia ini sempit sekali. Apa mungkin
kisah Adam dan Hawa seperti ini? Tak lagi mengherankan jika akhirnya mereka
bertemu juga meski di bumi sangat luas. Meski dunia kita sama, tidak ada yang
menjanjikan kita akan bersama selamanya, karena bersama belum tentu jodoh.” –
Batin.
Berlanjut dalam pesan-pesan
singkat, kita benar-benar saling berbagi kebaikan, perhatian dan kepedulian,
meski di dalamnya ada perasaan yang mengganjal. Entah apa itu aku pun tidak
mengerti, yang aku tahu itu memang mengganjal. Kata sebagian orang aku sedang
jatuh cinta, benarkah seperti itu yang aku alami? Bahkan aku tidak tahu rasanya
jatuh cinta, apakah akan seperti aku jatuh dari sepeda atau motor? Atau justru
seperti menjatuhkan diri diatas kasur spring bed? Kerisauan hati benar-benar
menjadi-jadi, setiap pandangan kita bertemu meskipun hanya sedetik berlalu.
Yaa… aku benar-benar di ujung tebing, entah surga atau neraka dibawahnya. Tapi
lihat, di tepi tebing ada sebuah jembatan untuk melewati jurang ini. Tidak, aku
tidak bisa melewati jurang ini dengan singkat, aku sudah berjalan sejauh ini,
akankah lagi aku melewati ini. Siapa juga yang menginginkan perjalannya berakhir
pada sebuah jurang, yaa… ini adalah skenario Tuhan, baik aku akan turun kedalam
jurang tersebut, itulah keputusanya, aku menjatuhkan diri kepada hatinya.
Dua pekan berlalu, ujian yang
seharusnya membuat fisik dan pikiran bekerja dua kali tapi yang aku lalui
justru hal lain, tidak sibuk membaca materi ujian tapi sibuk dengan pesan-pesan
singkat darinya. Yang lain ribut menghafalkan materi, aku ribut menghafalkan
kebiasaan-kebiasaannya. Yaa… ini satu-satunya waktu dimana kami tidak lagi
menjadi dua kubu yang berlainan waktu. Hingga aku bisa mengingat dengan alam
sadar bawahku semua kegiatanya, waktu-waktu kami bisa saling mengirim pesan
singkat dengan volume tinggi, mengingatkan waktu sudah masuk sholat,
mengingatkan untuk mengaji, waktunya untuk tidur dan bangun lagi untuk kembali
pada-Nya, dan saling mengirim pesan-pesan motivasi, intesitas komunikasi kita
semakin dekat, intesitas pengetahuan kita semakin memliki. Puncaknya tidak ada
lagi kata aku atau kamu, yang ada hanya aku. Dua pekan UTS yang menyenangkan,
sulit aku percaya jika dalam uts saat itu aku tidak banyak belajar materi dari
perkuliahan, tapi justru mempelajari materi-materi kehidupanmu dan setiap
pesan-pesan singkatmu.
Centaur benar-benar menancapkan
panahnya dihatiku, inilah masa aku kehilangnya. Kehadiran putra lotus merusak
keadaan. Keadaan yang sudah lama tidak aku rasakan, cemburukah aku?
Langit
temaram, senja tak bersahabat, hujan akhirnya membasahi hati yang terbakar
cemburu setiap harinya. Awan hitam menutupi pikiran untuk kembali berpikir
sehat. Oh no, apa yang sebenarnya yang sedang aku alami, bahkan akupun belum
pernah menyatakan kejelasanya. Maka aku simpan semua serpihan hati ini dalam
satu ruang yang mungkin tidak akan ada orang yang mengetahui. Hanya untuk aku
dan senja yang melihatnya.
Selang beberapa hari kemudian,
cerita lain lagi yang terlahir dari pesan-pesan singkat. Tangisan tak bersuara,
itu mungkin kata yang bisa menggambarkannya. Harapan yang menertawakanku, kini
harapan itu menjadi sebuah tanggungan yang harus aku pikul dan beban juga.
Pesan-pesan singkat yang menjadi saksi perkenalan kita dalam diri yang baru,
kini benar-benar mengantarkan kita menjadi lebih dekat bahkan lupa dengan
pesan-pesan singkat. Sayangnya kedekatan itu membuat kita jauh secara tersirat.
Kini kembali lagi waktu ujian, bahkan aku lupa sedang ujian dan mengingat yang
pernah terjadi. Kamu tidak ada lagi dalam pesan-pesan singkatku. Tapi aku masih
menyimpannya dengan baik untuk kelak menjadi cerita jika kita sudah tidak lagi bersama.
Rock n’ Roll Jatuh Cinta.
Terbangun aku dari
rangkaian kembang lelap.
Wajahmu menyambut
keterjagaanku di pagi buta.
Oh sial itu adalah
foto yang menjadi kontak di hpku.
Pesan singkatmu yang
lebih tepat menyambutku.
Seketika aku terjaga
diantara nikmatnya cumbu selimut.
Berbohong sedikit
mungkin itu awal langkah setiap pagi.
Waktuku tidak pernah
rapi dan selalu kusut.
Tapi wajahmu selalu
menggantung di kamarku setiap hari.
Hari ini bangun pagi
lagi teringat lagi wajahmu.
Liat hp ku belum ada
pesan singkatmu.
Melihat sekitar
mencari seberkas senyummu kemarin sore.
Good, dia masih
membekas dibalik gitarku.
Malam ini aku
mengutuk gitarku.
Dia sumbang ketika
bernyanyi untuk namamu.
Suaraku tidak lagi
menjadi merdu seperti kerak whiskey.
Lebih halus
mengalahkan para Saat di televisi.
Oh gadis apa gerangan
yang ada dihatimu.
Tidak kah kamu tahu
jika wajahmu telah merusak suaraku.
Aku bahkan lupa
dengan lirik-lirik lagu kemarin.
Tatapanmu benar-benar
merusak distorsi gitarku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar