Minggu, 01 Juni 2014

Pilih Seiman atau Seniman?

Pilihlah yang SEIMAN, walaupun sama-sama ISLAM.


entah dari mana kata-kata itu ditemukan, tapi seorang teman ada yang menanyakan maksudnya apa. Ketika mencoba untuk mengertikan maksud yang terkadung, pertanyaan yang pertama pasti muncul “Emang ini tulisan siapa?” tapi sayangnya teman saya tidak ingin memberi tahu. Fine, beberapa detik memandang kalimat tersebut, jelas kata ‘Seiman’ mengartikan sebuah kepercayaan yang ada dalam islam. Tapi siapa? Jelas aja teman saya gak akan sampe pemikirannya sejauh itu.

Belum puas, saya perhatikan lagi, lagi dan lagi. Karena untuk sekelas dunia teman saya yang masih terhitung ingusan kok keren ada temannya lagi yang memiliki kalimat ini. Muak berpikir sehat, akal gila saya bekerja. Yes! Ternyata itu bukan ‘Seiman’ tapi sepertinya ada satu huruf yang tertinggal, tepat saja yang dimaksud akal gila saya “Pilihlah yang SENIMAN, walaupun sama-sama ISLAM”. Dari sini justru lebih leuarsa berkreasi ketimbang harus benar-benar mengangkat kata Iman.

Lalu, apa maksudnya?

Kembali ke akal sehat. Ini cukup menguntungkan saya sebagai seniman. Benar saja, jika benar-benar diperhatikan berita infotaiment, sangat jarang ada seniman yang tersandung kasus perceraian. Ingat saya membicarakan seniman, bukan anak band. Seniman memang ada beberapa cabang, seperti musisi, pelukis, penulis sastra, pengukir dll.

Kita mulai dari yang paling dekat dengan dunia kita saja. Penulis sastra atau sastrawan (penulis puisi, cerpenis, novelis, dan sutradara drama/teater) jarang sekali ada diantara mereka yang memiliki kasus perceraian. Sekali lagi saya tekankan menggunakan kata JARANG, berarti tetap ada satu atau dua yang tetap kecelakaan. Ini faktanya, entah hal apa yang mempengaruhi bisa seperti itu, tapi kenyataan sendiri yang menjawab.

Ada pelajaran menarik dari sini.

Pujangga cinta, pujangga demokrasi dan pujangga alam. Sekian banyak puisi-puisi liar yang pernah saya baca, ketiga jenis pujangga tersebut lebih mendominasi karya anak bangsa. Yang paling sering kita temukan adalah pujangga cinta, karena tidak sulit menemukannya. Tapi apa yang sebenarnya yang terjadi dengan realitas? Tidak sedikit yang (sebenarnya) beropini jika pujangga cinta itu adalah sosok play boy dengan alasan sering sekali mengumbar-umbar cinta kepada siapapun. Sebuah opini yang melahirkan fakta menyakitkan, padahal faktanya tidaklah demikian. Rendra, carilah biografi tentang beliau, adakah catatan keluarganya?

Lalu bagaimana dengan pujangga demokrasi dan pujangga alam?
Saya berani berasumsi saat ini jika mereka tidak jauh berbeda dengan para pujangga cinta.

Seniman lainnya yang sangat mudah kita temui dan dekat dengan opini yang melahirkan fakta menyakitkan adalah musisi. Pencitraan infotaiment, mudah sekali menjual harga perpecahan untuk memperanak rupiah lainnya. Dari hal tersebut, yang benar-benar perlu kita sadari ada dua jenis musisi. Pertama musisi yang benar-benar berseni dan yang kedua musisi sebagai profesi entertaiment atau bisnis. Sebagai orang awam akan kesenian mungkin akan sulit membedakan dari kedua jenis tersebut.

Tapi saya punya beberapa list musisi yang benar-benar berseni dan entertaiment atau bisnis. Musisi yang berseni simpelnya mereka tidak akan membohongi diri mereka, lain dengan entertaiment mereka akan lebih mengikuti apa yang sedang diinginkan pasaran. Seperti musisi lokal ada Balawan Gitar, Iwan Fals, Pay BIP, Bimbim Slank, Dewa Bujana dan masih banyak lagi. Lihat, musisi yang saya list adalah musisi yang bisa tetap kosistent dengan attidude mereka dari pertama hingga saat ini. Yes! Mereka musisi yang lebih senang membuat sensasi dengan karyanya dan prestasi bukan dengan rumor.

Lalu bagaimana musisi yang suka bikin rumor?

Saya tidak bisa mengatakan mereka semuanya tidak memiliki seni yang sebenarnya, karena kita kembali lagi ke awal, saya tidak mengatakan ‘tidak ada’ tapi ‘jarang’. Kadang saya pribadi muak jika sebagian orang berasumsi jika musisi itu kebanyakan adalah playboy. Satu hal yang mungkin bisa diambil pelajarannya, memang faktanya seorang musisi yang berseni tidak pernah menutup dirinya dari siapapun dan apapun namun tetap mengetahui dimana letak batasnya.

Sebenarnya saya tidak merekomendasikan jika seniman adalah pasangan yang baik dibandingkan dengan yang lainnya, seakan-akan seniman adalah sosok yang paling setia. No! buat saya bukan kesetian yang membuat seseorang bisa bertahan, tapi kebahagianlah yang membuat seseorang tetap setia. Jadi jangan berharap bisa memiliki pasangan yang setia jika sudah sama-sama yang tidak bahagia. Poin kedua adalah komitmen, seniman yang benar-benar berseni biasanya memiliki komitmen yang kuat. Jika tidak percaya, tanyakan pada Balawan mengapa dia tetap bermain musik yang itu-itu saja, padahal jika dia mau bisa saja membuat pendapatan yang lebih dari musiknya.

Dipenghujung. Kembali kepada pokok masalah kita tentang pertanyaan maksud pict dibawah ini.

Jika itu dipertanyakan kepada saya, saya hanya bisa bilang “mungkin yang nulis lagi ngantuk, yang dia maksud bukan SEIMAN tapi SENIMAN. Hahaha.”

Jika memang benar maksudnya adalah SEIMAN, saya tetap bisa mengertikan maksudnya, apa lagi jika tinggal di kota yang konon katanya saat ini adalah kota yang memiliki paling banyak pemikiran tentang keagamaan*. Jika dikaitkan dengan paham saya, bisa dirubah menjadi ‘Pilih yang semusisi, walaupun sama-sama seniman’ nah... musisi pasti punya genre, tinggal dicari maksud genre yang seperti apa. Atau, seni itu ada beberapa jenis, tinggal dacari yang kedudukannya sejajar dengan musisi, seperti yang saya sebutkan diatas. Analogi tersebut tinggal diganti dalam komposisi keagamaan*. Tapi, hanya saja tidak cukup pantas untuk saya tampilkan dalam blog saya, besok atau lusa saya bisa digugat karena tulisan tersebut oleh beberapa pihak yang terkait.

Sebenarnya banyak interpretasi yang lahir dari kalimat tersebut, untuk penjelasan detailnya saya tidak cukup berani menuliskan disini. Insyallah gak akan jauh berbeda dengan yang khalayak umum pikirkan, tapi pikiran yang seperti diatas insyallah tidak ada kan? hahaha, kalo ada berati kalian cukup sudah bergeser otaknya, like mer. Saya bebas, tapi saya juga tidak mau mengganggu kebebasan orang lain.

Satu lagi, siapapun pemilik kalimat ini saya meminta maaf karena sudah saya gunakan sebagai kajian tulisan saya pagi ini.


Selamat berpikir kembali, sweet morning...

Tidak ada komentar: