Sunday, 2014 Mei 26.
Perjalanan yang panjang, hampir
170Km ditempuh dengan kecepatan rata-rata 40-50Km/Jam. Perjalanan yang sangat
fantastik dan alot, tidak hayal jika banyak bokong yang mengumpat kepanasan. Berlaianan
sekali dengan perjalan-perjalanan yang pernah saya arungi, untuk pertama
kalinya touring yang lebih banyak memakan waktu dijalan ketimbang tujuannya. Terhitung
kurang lebihnya 43jam , tapi hampir 20 jam habis untuk menikmati aspal, atau
bahasa indahnya adalah merayapi aspal.
Tidak perlu dibantah atau meminta
argumen lainnya, saya tidak akan menuliskan bagaimana perjalanannya dan bisa
selama itu, bagi saya tidak terlalu menarik jika disandingkan dengan cerita “Ketilang
Polisi Di Pintu Tol Semarang” atau “Kejar-kejaran Hujan Kelabing (Kelayapan
Bingung) Di Jogja” atau “Fuck GPS BB Syarif Goes To Siung and Baron” atau “Jembatan
Kayu Indrayanti” atau “Mega Pro Disurung Mio” ? hahaha. Sudahlah, pelajaran
yang ‘cups’ dan akan membuat saya berulang kali untuk mengulanginya lagi. Saya tidak
kapok, hanya ‘cups’ akan hal itu.
Goes to Dieng, Telaga Warna yang
katanya Negri Kayangan. Keren, penuh mitos disana. Sekilas tampak seperti
biasanya tempat wisata, tidak teramat terasa jika itu milik alam lagi. Awal datang,
bukan telaganya yang menarik, tapi tepatnya beberapa pohon yang tumbuh dengan
tidak normal. Awalnya saya pikir itu adalah catatan mitosnya, tapi setelah
berjalan lagi hilang sudah keagungan saya pada keunikan beberapa pohon. Yes! Pohonnya
tidak natural, mereka melengkung karena buatan. Saya melihat ada beberapa pohon
yang masih muda yang baru saja lepas dari cangkok. Setelah menyadari ini tidak
lagi merupakan kekuatan alam, saya tidak lagi merasa kagum (baca; Bosan).
Hey liat itu, ada beberapa hal
biasa tapi saya paksa buat unik. Yes ini adalah patung Gajah Mada, sedikit
merasa terhibur sampai akhirnya berubah menjadi petaka setelah mengetahui jika
patung tersebut disembah oleh beberapa umat. Dibalik panik, saya coba untuk
tetap enjoy dan lebih berhati-hati lagi. Bukannya saya percaya dengan hal yang
begituan*, hanya saja mencoba untuk menghormati yang namanya kepercayaan orang
lain. Yes! Saya pluralisme, karena kita hidup di negara yang multikultural dan bhineka
tunggal ika. Sisi lainnya karena saya ‘cups’ dengan yang namanya kekuatan mitos
atau mistik.
Setelah itu saya melihat beberapa
gua atau dalam bahasa inggrisnya cave. Sekilas memang tidak seperti dengan
gua-gua yang ada di tv, gua ini sangat kecil dan cukup terbuka. Couple Cave
atau Gua Pasangan yang menarik buat saya. Why? Jelas saja karena saya ini masih
jomblo, mungkin lebih tepatnya sengaja mejomblo. Bukan tidak mau mencari,
usaha, berdoa atau tidak ada yang mau, tapi saya memilih untuk menikmati
kebebasan sempurna sebelum terikat dengan ikatan pernikahan. Tapi saya juga
tidak mengatakan jika pacaran, HTS, atau ttm-an itu tindakan yang sia-sia,
mengurangi kebebasan dan tidak baik dengan berbagai alasan kebudayaan atau
agama. Hanya saja, dengan kesendirian ini bisa membuat saya lebih memiliki
ruang gerak yang lebih luas, mengenal siapapun yang saya suka, wanita manapun
dan kapanpun. Berpergian kemana saja yang suka tanpa harus ada yang dipikirkan
untuk ditinggalkan, baik yang bersifat sementara atau permanent.
Oke balik lagi ke Couple Cave.
Dengar-dengar Gua ini memiliki
kemampuan buat mereka yang sulit menemukan jodoh dan lain-lainnya yang sejenis
dengan makna tersebut. Tidak ada niat serius, tapi mencoba mengambil pict
sambil bertapa di depan Gua tersebut, seperti benar-benar sedang bertapa. Karena
konon di tempat tersebut sering dipakai tempat bertapa oleh orang-orang
terdahulu. Ketika bertapa sambil ambil pict tanpa sadar dalam batin saya sempat
bertanya “Siapa yang jodoh gua nanti?”. Bealive it or not, setelah itu langsung
ada hawa yang lain dari balik saya, seperti ada sosok yang halus dan besar
bergerilya di punggung saya. Setelah ambil pict saya langsung cabut dan berlari
ke teman saya untuk melihat hasil gambarnya. Ada dua alasan, pertama apakah
pictnya menangkap perasaan saya? Untuk menutupi saya yang ketakutan. Hasilnya seperti
bisa diliat sendiri, bersih saya sendirian disana.
Setelah itu melihat lagi Gua-Gua
yang lainnya dan nananina (skip),...
Selasa, kurang lebih pukul dua dini
hari, kembali tiba di Solo dengan keadaan selamat tapi tidak lengkap. Pertama, dari
enam lebar isi dompet saya tinggal selembar aja tapi tanggal baru masih
sepekan lagi. Kedua, tidak tahu kapan, tapi setelah sampai kos baru sadar
sepatu yang saya kantongin plastik dan digantung di gantungan motor tinggal
sebelah. Tapi ada oleh-oleh yang mungkin akan sangat sulit dipercaya, ada
kumbang dalam bagasi motor saya. Hal itu benar-benar saya sadari ketika rabu
malam setelah saya cek sendiri. Kaget luar biasa! Babimana mungkin!!?
sebelumnya ketika dijogja saya bertukaran motor dengan Kakak saya, itu bagasi
saya kosongkan untuk meletakan pakaian-pakaian kotor selama diperjalanan. Ketika
packing bagasi dengan matol, itu dalam ruangan dan benar-benar tidak ada
seranngga apapun. Jikapun kumbang itu terselip dipakaian saya, mesti ketika
saya melipat-lipat pakaian akan terasa.
Oh my Damn!!!
Saya tidak mengada-mengada dalam
menulis cerita ini, ada saksinya dan saksinya itu yang menyadarkan saya ketika
dia ingin mengisi bensin motor saya. Malam itu (hari Rabu) saya belum berani mengecek lebih
jauh dan akhirnya cukup membuat saya insomnia karena memikirkan dari mana
kumbang tersebut datangnya.
Kamis, sekitar pukul delapan. Dengan
keragu-raguan dan jantung yang berdetak cepat saya beranikan diri untuk membuka
bagasi tersebut. Bermodalkan sapu ijuk, kumbang itu cukup besar sekitar tiga
kali dari tutup botol Mizone berhasil saya keluarkan dari bagasi motor. Sialnya,
dia berhasil mengorek-ngorek busa motor saya sampai kulit, masih bersyukur
tidak membolongin kulit motor saya. Tadinya sempat terpikirkan untuk merawat
kumbang tersebut, tapi saya takut ini bukan kumbang biasa. Logikannya, jika iya
sudah dari Dieng di motor saya dan terhitung dari Selasa dini hari berati dia sudah
ada dalam bagasi motor saya sampai Kamis pagi masih aja hidup? Padahal bagasi
saya itu sangat sesak sampai buat ditutup aja joknya itu harus ditekan. Keputusannya
kumbang itu saya binasakan dengan cara yang cukup sadis. Yes! Bakar! Entah memang
si kumbang punya kulit yang tebal atau bagaimana, tapi cukup lama saya
menantikan kumbang itu benar-benar binasa. Ketika api masih berkobar-kobar itu
kumbang masih saja bergerak.
Sudahlah, setelah itu saya update
status tentang oleh-oleh, ketika yang lainnya menuliskan tentang
pengalaman-pengalamannya sepanjang perjalanan dan kemudian saya ambil posisi
mapan untuk tidur.
Yeah! Disinilah akhir dari
sepanjang prolog diatas, sesuai dengan judulnya “Couple Cave”. Setelah kumbang
itu saya binasakan, setiap saya tidur PASTI selalu hadir sosok wanita yang bisa
saya katakan “Fuck yeah!!! Dia lagi dia lagi...” saya seperti sedang dihantui
dan membuat saya menjadi malas untuk tidur. Mungkin mimpi pertama hal yang
wajar, tapi masih mau bilang wajar jika terhitung tidur pertama Selasa dini hari
sampai Jumat siang tadi mimpinya selalu bertemu dia. Meskipun setingan mimpinya
berbeda-beda tapi gadis itu selalu muncul. Heran banget, yang tidur Cuma sejaman
aja mimpinya ketemu dia lagi dan dia lagi.
Setelah tidur terakhir tadi
siang, saya langsung bangun karena mimpinya paling jelas alurnya, cukup
radikal, dan membuat saya langsung terjaga dengan jatung masih berdebar-debar. Jelas
alurnya, saya seperti tidak dalam mimpi, semua wajah-wajah disana sangat
seperti nyata dan masih dalam satu sisi dunia saya. Radikal, dengan keadaan
setengah naked tapi masih pakai segi tiga tiba-tiba gadis itu masuk kamar saya.
Gak usah berpikiran porno, saya ketika itu malah panik karena, pertama saya
saat itu keadaan setengah naked, kedua jelas banget ada tulisan “Tamu wanita
dilarang keras masuk kamar” bisa mampus kalo ketahuan warga, ditambah lagi
keadaan saya setengah naked tadi. Ketika dia di dalam kamar saya dengan wajah
polos, tidak berdosa, dan merasa tidak bersalah senyam-senyum ke saya. Pengen banget
ngomong “What are you fucking doing here!?” tapi takutnya kasar banget baginya
jadinya yang terucap Cuma “What are you
doing here?”. Lagi, lagi dan lagi dengan wajah yang polos anak kecil yang minta
dibeliin permen bilang “Aku mau ambil flash disk, besok mau ngumpulin RPP”.
Fuck, damn it!
Dalam keadaan panik gitu mana
saya inget dimana itu FD, spontan saya ambil semua celana saya cari itu FD
sembari memakai celana. Gak ketemu. Saya keluar kamar untuk melihat keadaan, karena yang
saya pikirkan bagaimana mengeluarkan gadis itu dari kamar saya sekarang juga
sebelum ada warga yang liat. Ketika kembali ke kamar, jantung saya rasanya mau
copot liat ada Kakak saya yang dari Jogja di dalam sana, “Babimana saya harus
menjelaskan keadaan ini!? Ini tidak seperti yang dia pikirkan.”
Doooorrr!!!
Benar saja, kalimat yang pertama
keluar “Ngapain lo berduaan ama cewek di kamar!?” saya speakless. Belum selesai
dengan satu pertanyaan, Kakak saya langsung menunjuk arah sleting saya yang
masih terbuka dan terlihat amarahnya beliau dan langsung ambil buku dari rak
saya dan mendekati saya ingin memukul saya dengan buku tersebut sambil bilang “Lo
itu, nananina...!!?” sambil tertunduk dengan keadaan siap dipukul gadis tadi
langsung menahan Kakak saya dan bilang “Stop!!! Kalo Mas pukul dia, berati juga
pukul saya juga.” “Kamu itu siapa? Mau-maunya masuk kamar cowok?” Kakak saya. “Nama
saya Nananina, saya nananina Syarif di nananina dan sekaligus nananina Syarif
juga.” Gadis. Setelah dia mengucapkan itu saya langsung kaget dan menatap
matanya, sedetik kemudian dia bilang “Iya kan Rif? Kita akan renda nananina
yang sesungguhnya dari nananina yang sekarang ini...” dengan wajah polos anak
kecil dan sambil melempar senyum untuk membuat saya tenang.
Pernyataan dan pertanyaan yang membuat
saya benar-benar lebih terkejut dan mengumpat “What the fuck!?” dan... yes! Saya
langsung bangun dengan posisi duduk. Cukup berkeringat dan tetap dengan tempo
jatung dalam alunan Punkrock, dug tak, dug tak, dug tak dan dug tak. This fucking
Nightmare! Setelah mengatur nafas, tiba-tiba saya teringat dengan Couple Cave. Oh
my damn! All this is true!? Entah ini bagian dari petaka dari ketidak senonohan
saya selama di Dieng atau hal lainnya, tapi yang pasti saya benar-benar tidak
nyaman dengan diri saya. Setiap bertemu dengannya di dunia nyata sekarang
seperti melihat sesuatu yang menakutkan, tapi tidak saya nafikan saya mencoba
beberapa kali ingin melihat kembali matanya, but I’m fucking scarez! Selalu saja
terbayang “Oh my damn, apa jadinya gua nanti dan darah Punkrock dalam diri gua
kalo Ibunya seperti itu?”
But, akhirnya semuanya ditutup
dengan the power word on this world “Ya sudahlah”.
Kenapa saya ingin ceritakan semua
ini? Bukan agar kalian tahu apa yang sedang terjadi dengan saya, tapi dulu saya juga
pernah mengalami hal ini, empat malam berturut-turut mimpi bertemu dia. Setelah
saya menceritakan hal ini kepada khalayak umum, keesokannya saya tidak lagi
bermimpi bertemu dia. Semoga melalui postingan tulisan ini bisa berhasil dan tidak
lagi mimpi bertemu dia. Mohon doanya. Jika benar karena Couple Cave, saya pikir
ini sudah lebih dari cukup, mpun nggih. Saya mau tidur dulu, semoga tidak ada lagi mimpi yang sama, yang terakhir cukup membuat saya nananina lah... sweet morning.
Ini cerita singkatku, mana
ceritamu?
nb: nananina = sensor, bisa kalian interpretasikan sendiri senyamannya kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar