Jadi malu, adik kok gak tahu
prestasi kakaknya sendiri. Entahlah, antara duniaku lebih menarik atau aku
memang malas menyenggol pembicaraan tentang keluarga.
Tadi baca tulisan Kak Dila yg
terpilih menjadi 10 cerita inspiratif untuk 'BUKAN ABH BIASA'. Bukan tentang
ceritanya yang menginspiratif saya, hanya saja lebih menarik di prolog dan
beberapa hal tentang keluarga yang baru malam ini saya tahu. Sebelumnya sudah tau,
hanya saja kini seperti lahir versi yang beda. Tapi saya tidak mempermasalahkan
hal itu.
Lebih dalam dari itu, ada banyak
hal yang baru saya ingat. Ketika ditemani segelas es kopi putih di tepi
angkringan st. Lempuyangan Jogja. Saya ingat, dulu sebelum masuk SD saya pernah
memiliki Papah, untuk tiap malam mengajari baca, tulis dan hitung. Saya ingat
dulu ketika esok di sekolah ada pemeriksaan kuku, Papah pernah motongin kuku
dengan tambahan bantuan lampu 25watt. Saya ingat dulu pernah menangis luar biasa
karena sariwawan yang overload, trus digendong papah keluar rumah. Papah tidak
'mencup-cupkan' saya tapi justru menggoda saya tiap ada tetangga yang melihat
saya menangis. Bahkan sekarang baru ingat kata 'sariwawan' dulu papah yang
ngenalin, ketika bercandain saya dengan tetangga rumah yang orangnya itu
namanya 'Wawan'.
Saya ingat juga dulu Papah sering
imamim pas sholat tarawih di rumah, dari sini sampai detik ini nada beliau yang
saya pakai ketika membaca Al-Fatiha. Ketika yang lain mengecilkan basmalah, tapi
saya tetap dengan mengeraskannya, karena itu yang selalu terekam di alam bawah
sadar saya. Tiap Sholat ketika mencoba nada yang lain tapi selalu yang keluar
itu nadanya Papah. Surat pendek yang membuat saya hafal luar biasa itu Al-Ma'un,
beliau suka baca ini.
Ya saya pernah memiliki Papah
ketika kanak-kanak dulu. Saya ingat sekarang, beliau yang anter saya sunat,
beliau pernah nyuapin saya ketika dulu dirawat jalan karna typus. Dan karna
beliau saya jadi pernah maniak minyak rambut, bahkan minyak rambut beliau
menjadi minyak rambut favorit saya tanpa sadar jika beliaulah awal mulanya.
Tapi saya benar-benar tidak ingat
rupanya dulu. Sebelum akhirnya vespanya diwariskan ke saya, saat itulah saya
baru benar-benar mengenal siapa itu Pak Min. Bagaimana masa kanak-kanak beliau,
remaja, keluarganya, kerja, sampai teman-teman beliau, sampai pertemuan belau
dengan Mamah, semua cerita itu luput kita habiskan malam-malam weekend
berempat. Ya, saya, Papah, kopi, dan stimulator keakraban (rokok). Setelah itu
saya baru merasakan benar-benar memiliki Papah. Meski tetap ada rasa canggung,
dalam bawah sadar saya tidak bisa menerima jika saya memilikinya.
Lupakan. Ada dan tidak adanya
beliau selama ini tidak banyak mempengaruhi hidup saya. Ya, kalo kak dila punya
annajah, muat, dan BK UAD-nya. Saya punya Outsiders, TK 85, X3-doski, sedulur
vespa, dan teman-teman rumah baik yang sudah wafat atau masih bernafas lega
atau tidak. Dimana letak keluarga? Sama, 80% diri saya terbentuk dari lingkungan.
Apakah saya ABH? entahlah, tapi saya cukup berterimakasih pada Semesta. Cerita
kehidupan liar apa yang belum tercicipi? Terimakasih lagi Semesta, Paduka
anugrahkan kasta ABH yang membuat saya jadi benar-benar mengenal dunia dan
menjadikan dendam berkarat "gua harus punya kehidupan yang lebih
baik".
Ada hikmah dibalik itu semuanya,
besar tanpa Papah dan hanya dengan Mamah membuat saya banyak belajar untuk
menjadi Papah kelak dengan berbagai versi keluarga. Meskipun dalam hati saya
masih ada keraguan “apakah saya akan menjadi Papah?” terlalu banyaknya
ke-tahu-an saya membuat saya takut untuk membangun keluarga, memiliki istri,
bahkan menciptakan Punkrocker-Pinkrocker junior dengan benih saya sendiri. Saya
cukup sadar diri belum pernah pantas untuk siap dengan kehidupan yang seperti
itu, masih banyak hal yang ingin saya lakukan, untuk keluarga, keluarga kedua,
sahabat, kerabat, dan dunia saya sendiri.
Dan pada akhirnya, jika ingin
disesali maka tidak akan ada habisnya, jika ingin dikeluhkan maka tidak akan
ada akhirnya, jika ingin disyukuri maka tidak akan ada ruginya juga . Inilah cerita
kehidupan, ABH atau tidak bukan alasan untuk menjadi lebih baik atau menjadi
lebih buruk. Hidup hanya sebuah lapangan peperangan. Bukan menang atau kalah
yang dituju, tapi bagaimana bisa tetap bertahan hidup. Karena tujuan akhir
hidup ini hanya ada 2 pilihan, surga atau neraka, senang atau susah, bahagia
atau menderita, bebas atau terkekang, sukses atau pecundang dan melawan atau
menyerah.
Sedulur ABH, tidak usah berkecil
hati karena melihat sinetron-sinetron, FTV, film, novel, cerpen dan lain-lain
yang terlihat memiliki keluarga yang sempurna, itu hal yang biasa. Kita terlahir
luar biasa, tidak sama. Beda berarti spesial. Tidak sembarangan anak yang
mendapatkan kesempatan mendapatkan gelar ABH. Itu akan menjadi berharga dan
benilai jika kita mampu mempertahankan tahtanya, tapi jika menggadainya maka
tidak akan ada lagi nilai-nilai spesial dan luar biasanya. Tentukan pilihan
kalian, ingin menjadi anak yang biasa-biasa saja atau menjadi luar biasa.
Ingat! Musuh terbesar kita
bukanlah di takdir, Papah, Mamah atau keluarga, tapi ada dicermin ketika kamu
berahadapan dengannya. Dialah sosok yang harus kamu kuasai sebelum menguasai
dunia. Lagi, lagi dan lagi saya ulang petuah klasih ini “Ngomong teori emang
gampang, tapi prakteknya itu susah. Tapi ada hal yang lebih gampang, ngulang
kata-kata tadi dan tidak melakukan apa-apa.” Dan juga, ketika tidak ada lagi
tembok untuk bersandar, masih ada lantai untuk sujud. Tidak ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan. Sulit memang, jika tidak sulit maka namanya bukan
lagi masalah. Ingat Tuhan selalu bersama orang-orang yang mempercayai
keberadaanya.
Tetap semangat!
St. Lempuyangan 19 Maret 2014.
ada lagu untuk kalian, maaf jika suaranya gak seenak lagunya :D
Tinggal Klick bisa langsung dengerin atau bisa juga langsung di download...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar